Rabu, 13 Juni 2012

Artikel Psikologi Klinisi Perkembangan dan Sosial pada Wanita yang Mengalami Kecemasan Menopause

Kecemasan menghadapi menopause Posted on January 2, 2008 by klinis 1. Pengertian kecemasan menghadapi menopause a. Pengertian kecemasan. Salah satu gejala yang dialami oleh semua orang dalam hidup adalah kecemasan. Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bagaimanapun juga bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis. Menurut Bryne (1966), bahwa kecemasan adalah suatu perasaan yang dialami individu, seperti apabila ia mengalami ketakutan. Pada kecemasan perasaan ini bersifat kabur, tidak realistis atau tidak jelas obyeknya sedangkan pada ketakutan obyeknya jelas. Menurut Hurlock (1990), kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya perasaan-perasaan ini disertai oleh rasa kurang percaya diri, tidak mampu, merasa rendah diri, dan tidak mampu menghadapi suatu masalah. Menurut Kartono (1997), ketidakberanian individu dalam menghadapi suatu masalah dan ditambah dengan adanya kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas merupakan tanda-tanda kecemasan pada individu. Pendapat ahli lain Havary (1997), berpendapat bahwa kecemasan merupakan reaksi psikis terhadap kondisi mental individu yang tertekan. Apabila orang menyadari bahwa hal-hal yang tidak bisa berjalan dengan baik pada situasi tertentu akan berakhir tidak enak maka mereka akan cemas. Kondisi-kondisi atau situasi yang menekan akan memunculkan kecemasan. Dari uraian di atas diambil suatu kesimpulan bahwa kecemasan adalah suatu kondisi psikologis individu yang berupa ketegangan, kegelisahan, kekhawatiran sebagai reaksi terhadap adanya sesuatu yang bersifat mengancam. b. Pengertian menopause. Menurut Kartono (1992), bahwa “men” berarti bulan, “pause, pausa, pausis, paudo” berarti periode atau tanda berhenti, hilangnya menopause diartikan sebagai berhentinya secara definitif menstruasi. Mappiare (1983), mengemukakan menopause sebagai akibat adanya perubahan fisik dan psikis yang ditandai dengan berhentinya produksi sel telur dan hilangnya kemampuan untuk melahirkan anak yang juga ditandai berhentinya menstruasi. Wanita akan mengalami menopause ditandai dengan berhentinya sirkulasi haid dan juga diikuti dengan melemahnya organ produksi dan muncul gejalagejala penuaan dibeberapa bagian tubuh. (Ibrahim, 2002) Pakasi (1996), menjelaskan definisi menopause bukan hanya dari segi fisik yaitu berhentinya menstruasi, tetapi dari segi usia yaitu dimulai pada akhir masa menopause dan berakhir pada awal lanjut usia (senium) yaitu sekitar 40-65 tahun. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan menopause adalah suatu fase dari kehidupan wanita yang ditandai dengan berhentinya menstruasi, berhentinya produksi sel telur, hilangnya kemampuan melahirkan anak, dan membawa perubahan dan kemunduran baik secara fisik maupun psikis. c. Pengertian kecemasan menghadapi menopause. Burn (1988), bahwa kebanyakan wanita menopause sering mengalami depresi dan kecemasan dimana kecemasan yang muncul dapat menimbulkan insomnia atau tidak bisa tidur. Setiap orang mempunyai keyakinan dan harapan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu maka tidak ada dua orang yang akan memberikan reaksi yang sama, meskipun tampaknya mereka seakan-akan bereaksi dengan cara yang sama. Situasi yang membuat cemas adalah situasi yang mengandung masalah tertentu yang akan memicu rasa cemas dalam diri seseorang dan tidak terjadi pada orang lain. (Tallis, 1995) Kartono (1992), mengemukakan perubahan-perubahan psikis yang terjadi pada masa menopause akan menimbulkan sikap yang berbeda-beda antara lain yaitu adanya suatu krisis yang dimanifestasikan dalam simtom-simtom psikologis seperti: depresi, mudah tersinggung, dan mudah menjadi marah, dan diliputi banyak kecemasan. Adanya perubahan fisik yang terjadi sehubungan dengan menopause mengandung arti yang lebih mendalam bagi kehidupan wanita. Berhentinya siklus menstruasi dirasakan sebagai hilangnya sifat inti kewanitaannya karena sudah tidak dapat melahirkan anak lagi. Akibat lebih jauh adalah timbulnya perasaan tak berharga, tidak berarti dalam hidup sehingga muncul rasa khawatir akan adanya kemungkinan bahwa orang-orang yang dicintainya berpaling dan meningggalkannya. Perasaan itulah yang seringkali dirasakan wanita pada masa menopause, sehingga sering menimbulkan kecemasan. (Muhammad,1981) Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan menghadapi menopause adalah perasaan gelisah, khawatir dari adanya perubahanperubahan fisik, sosial maupun seksual sehubungan dengan menopause. 2. Faktor penyebab kecemasan menghadapi menopause Sebuah permasalahan yang muncul pasti ada yang melatarbelakanginya, sehingga permasalahan itu timbul demikian juga kecemasan yang dialami oleh seseorang, ada penyebab yang melatarbelakanginya. Menurut Kartono (2000), kecemasan disebabkan oleh dorongan-dorongan seksual yang tidak mendapatkan kepuasan dan terhambat, sehingga mengakibatkan banyak konflik batin. Menurut Hartoyo (2004), bahwa stressor pencetus kecemasan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: a. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. b. Ancaman terhadap system diri, dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi integritas sosial. Faktor internal dan eksternal dapat mengancam harga diri. Faktor eksternal meliputi kehilangan nilai diri akibat kematian, cerai, atau perubahan jabatan. Faktor internal meliputi kesulitan interpersonal di rumah atau tempat kerja. Menurut Carpenito (1998), ada beberapa faktor yang berhubungan dengan munculnya kecemasan yaitu : a. Patofisiologis, yaitu setiap faktor yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia akan makanan, air, kenyamanan dan keamanan. b. Situasional (orang dan lingkungan) Berhubungan dengan ancaman konsep diri terhadap perubahan status, adanya kegagalan, kehilangan benda yang dimiliki, dan kurang penghargaan dari orang lain. a). Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat karena kematian, perceraian, tekanan budaya, perpindahan, dan adanya perpisahan sementara atau permanen. b). Berhubungan dengan ancaman intergritas biologis : yaitu penyakit, terkena penyakit mendadak, sekarat, dan penanganan-penanganan medis terhadap sakit. c). Berhungan dengan perubahan dalam lingkungannya misalnya : pencemaran lingkungan, pensiun, dan bahaya terhadap keamanan. d). Berhubungan dengan perubahan status sosial ekonomi, misalnya pengangguran, pekerjaan baru, dan promosi jabatan. e). Berhubungan dengan kecemasan orang lain terhadap individu. Freud (dalam Hall, 1980), faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah lingkungan disekitar individu.dan menurut Priest (1987), bahwa sumber umum dari kecemasan adalah pergaulan, usia yang bertambah, keguncangan rumah tangga, dan adanya problem. Selain itu kecemasan juga ditimbulkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan seksual, atau frustasi karena tidak tercapainya apa yang diingini baik material maupun sosial. Menurut Tallis (1995), bahwa penyebab individu cemas adalah masalah yang tidak bisa terselesaikan. Contoh masalah yang tidak dapat terselesaikan adalah penuaan dan kematian. Menurut Dimyati (1990), mengatakan bahwa kecemasan disebabkan oleh adanya keinginan-keinginan, kebutuhan, dan hal-hal yang tidak disetujui oleh orang-orang disekitar, selain itu rangsangan emosi merupakan reaksi terhadap kekecewaan terhadap frustasi. Sedangkan menurut Freud (dalam Dimyati, 1990), bahwa penyebab kecemasan pada individu adalah motif sosial dan motif seksual. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan menghadapi menopause adalah masalah yang tidak terselesaikan, kekhawatiran terhadap sesuatu yang belum terjadi, adanya motif sosial dan motif seksual. 3. Gejala-gejala kecemasan menghadapi menopause Setiap individu pasti pernah merasakan perasaan tidak nyaman, takut waswas akan suatu hal dalam hidupnya, salah satunya adalah perasaan cemas. Ada beberapa gejala tentang kecemasan menurut Morgan (1991) yaitu : a. Gejala fisiologis : gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai, kelopak mata bergetar, kening berkerut, muka tegang, tak dapat diam, mudah kaget, berkeringat, jantung berdebar cepat, rasa dingin, telapak tangan lembab, mulut kering, pusing, kepala terasa ringan, kesemutan, rasa mual, rasa aliran panas dingin, sering kencing, diare, rasa tak enak di ulu hati, kerongkongan tersumbat, muka merah dan pucat, denyut nadi dan nafas yang cepat waktu istirahat. b. Gejala psikologis : rasa khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang akan datang, seperti cemas, khawatir, takut, berpikir berulang-ulang, membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya maupun orang lain, kewaspadaan yang berlebih, diantaranya adalah mengamati lingkungan secara berlebihan sehingga mengakibatkan perhatian mudah teralih, sulit konsentrasi, merasa nyeri, dan sukar tidur. Adapun gejala-gejala psikologis adanya kecemasan menghadapi menopause bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Blackburn dan Davidson (dalam Zainuddin, 2000) adalah sebagai berikut: a. Suasana hati, yaitu keadaan yang menunjukan ketidaktenangan psikis, seperti: mudah marah, persaaan sangat tegang. b. Pikiran, yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti : khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya,. c. Motivasi, yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri dari kenyataan. d. Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi. e. Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering. Menurut Freud (dalam Hall, 1980), mengatakan tentang gejala-gejala kecemasan yang dialami oleh individu biasanya mulutnya menjadi kering bernafas lebih cepat, jantung berdenyut cepat. Selain hal diatas Weekes (1992), menambahkan tentang gejala-gejala kecemasan yang lain diantaranya adalah gelisah, adanya perasaan tidak berdaya, tidak nyaman, insomnia, menarik diri, gangguan pola makan, komunikasi verbal menurun, perasaan terancam atau ketakutan yang luar biasa, pikiran terpusat pada gangguan fisiknya dan kesadaran diri menurun, merasa mual, banyak berkeringat, gemetar dan seringkali diare. Dari uraian diatas dapat disimpulkan tentang gejala-gejala kecemasan menghadapi menopause adalah suasana hati yang menunjukan ketidaktenangan psikis, pikiran yang tidak menentu, motivasi untuk mencapai sesuatu, reaksireaksi biologis yang tidak terkendali. 4. Periode terjadinya menopause Wanita dilahirkan dengan sejumlah besar sel telur yang secara bertahap akan habis terpakai. Ovarium tidak mampu membuat sel telur baru, sehingga begitu sel telur yang dimiliki sejak lahir habis, maka ovulasi akan berhenti sama sekali. Jadi terdapat semacam kekurangan hormon yang menyebabkan sebagian besar masalah yang terjadi disekitar menopause atau yang berkembang sesudahnya. Muhammad (1981), menjelaskan bahwa pada suatu saat akan tiba waktunya bagi sisa folikel sel telur yang berada pada indung telur mulai menghilang. Saat ini tidaklah sama pada setiap wanita. Perubahan ini terjadi secara mendadak, diantara umur 45 tahun dan 55 tahun. Ada transisi yang bertahap dari masa kegiatan indung telur yang tidak ada lagi, ketika wanita itu sudah mulai memasuki usia menopause Terjadinya menopause dipicu oleh perubahan hormon dalam tubuh. Dimana hormon merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar tertentu dalam tubuh (tidak semua kelenjar menghasilkan hormon), yang efeknya mempengaruhi kerja alat-alat tubuh yang lain. Hormon yang dikeluarkan melalui saluran terbuka keluar, tetepi langsung disalurkan ke dalam darah melalui perembesan pada pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar kelenjar tersebut. Seperti diketahui ada tiga macam hormon penting yang diproduksi oleh ovarium, yaitu estrogen, progesteron, dan testotesron, dimana setelah mencapai menopause hormon-hormon ini tidak diproduksi. (Sadli, 1987) Estrogen dan progesteron pada wanita disebut hormon kelamin (sex hormones). Esrtogen pada wanita menampilkan tanda-tanda kewanitaan, seperti kulit halus, suara lemah lembut, payudara membesar. Dalam setiap bulan, kadar estrogen dan progesteron bergelombang, bergantian naik turun. Gelombang itu yang menyebabkan terjadinya haid pada wanita. Lain halnya dengan estrogen yang hanya dihasilkan oleh indung telur selam persediaan sel tulur masih ada. Tugas estrogen sebenarnya ialah mematangkan sel telur sebelum dikeluarkan. Oleh karena itu selam estrogen masih ada, sel telur tetap akan diproduksi. Kemudian setelah wanita berusia sekitar 45 tahun, ketika persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan produksi estrogen akibatnya haid tidak muncul lagi. Pada wanita tersebut menginjak masa menopause, yang berarti berhentinya masa kesuburannya. (Sadli, 1987) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa periode terjadinya menopause ketika persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan produksi estrogen akibatnya haid tidak muncul lagi. Pada wanita tersebut menginjak masa menopause, yang berarti berhentinya masa kesuburannya. DAFTAR PUSTAKA Adi, A. W. 1994. Hubungan Sholat Dengan Kecemasan. Jakarta ; Studio Press. Admir. 2005. Menopause Dini, Datang Di Saat? Tak Terduga. www.ummigroup.co.id. Akses 1 Juni 2005. Azwar, S. 1992. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Sigma Alpha. 1999. Metode Penelitian.Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Bali post. 2005. Insomnia. www.balipost.com. Akses 16 Maret 2005. Byrne, D. 1966. An Introduction to Personality. New Jersey : A Englewood dift. Daradjat Z 1987. Menghadapi Masa Menopause (mendekati Usia Tua). Jakarta :Bulan Bintang. Dimyati, M. M. 1990. Psikologi Suatu Pengantar. Edisi I. Yogyakarta: BPFE. Gusti, I. P. 1993. Gangguan Tidur (Insomnia) dan Terapinya Suatu Kajian Pustaka. Majalah Ilmiah Unud. Vol. 15. No. 37. Hal. 29-35. Hadi, S. 1985. Metodologi Research I. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. . 1990. Metodologi Research Jilid III. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan . Fakultas Psikologi UGM Hall, C. S. 1980. Suatu Pengantar Kedalam Ilmu Jiwa Sigmund Freud (Terjemahan Oleh Tasrif). Bandung: Pustaka Pelajar. Hawari, D. 1990. Insomnia. Majalah Anda. Jakarta. Hal. 101-102. Hawari, D. 1997. Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan. Yogyakarta : Dana Bhakti Primayasa. Hardjanta,G. 1994. Efektivitas Perlakuan Kontrol Stimulus dan Intensi Paradoksal Pada Penderita Insomnia. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Program Pasca Sarjana. UGM. Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan, Suatu Rentang Kehidupan (terjemahan : Istiwidayanti dan Soedjarwo). Edisi 5. Jakarta : Erlangga. Hoeve, V, 1992. Ensiklopedi. (Terjemahan : Irsyad, M) Jakarta : Ichtiar Baru. Iskandar, Y, 1985. Gangguan Tidur Dan Pengobatannya. Simposium Kesehatan Jiwa ke XIII / 1985. Jakarta. Edisi Juli. Vol 4 No. 8. Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita Jilid 2 : Wanita Sebagai Ibu Dan Nenek. Bandung: Mandar Maju. .2003. Patologi Sosial : Gangguan-Gangguan Kejiwaan. Jakarta :Raja Grafido Persada. Kavery, 1995. Penyebab Gangguan Insomnia (terjemahan : Ibrahim, M). Harian Pikiran Rakyat. Tnggal 16 Maret. Bandung, hal. 4-5. Kompas. 2004. Sulit Tidur Saat Menopause. www.kompas.com. Akses 1 Juni 2005. Lumbatobing, 2004. Gangguan Tidur. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Maramis, W. F, 1994. Imu Kedokteran Jiwa. Jakarta : Erlangga. Mappiare, 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya : Usaha Nasional. Medicastore, 2004. Insomnia. www.medicastore.com. Akses 14 Maret 2005. Muhammad, K. 1981. Ginekologi Dan Kesehatan Wanita. Jakarta: Gaya Favo Presss. Morgan, H. G. 1991. Segi Praktis Psikiatri. Edisi Kedua (terjemahan Hartanto). Jakarta: Bina Rupa Aksara. Nusa Indah, 2005. Info Kesehatan. www.Tripod.com. Akses 16 maret 2005. Pakasi, L. S. 2000. Menopause: Masalah dan Penanggulangannya Edisi Kedua. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Rahman, I. A. 2000. Perubahan Tubuh Menjelang Menopause Dan Gejala Serta Tanda Yang Menyertainya. Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Insonesia. Rafknowledge, 2004. Insomnia Dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Republika, 2005. Mengatasi insomnia. www.Republika.co.id. Akses 16 Maret 2005. Rosemary, N. 1992. Tidur Nyenyak Tanpa Obat. (terjemahan : Suryana) Jakarta Arcan.\ Sadli, S. 1987. Di Atas 40 Tahun. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Santoso, Jihad. 2003. Pengaruh Menstruasi terhadap Insomnia Pada Mahasiswa Putri Fakultas Kedoteran UMY Angkatan 1999. www.Bachelor paper.com. Akses 23 Juni. Sinar Harapan. 2002. Mengatasi Insomnia. www.Sinarharapan.com. Akses 16 Maret. Suryabrata, S. 1990. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali. Subekti, T. H. 2000. Hubungan Kematangan Emosi Dengan Kecemasan dalam Menghadapi Usia Lanjut Pada Ibu Rumah Tangga. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tallis, Fr. 1995. Mengatasi Rasa Cemas (Ahli Bahasa Meitasari Tjandrasa). Jakarta: Arcan. Wong, M, 1995. Tidur Tanpa Obat. (Terjemahan : dr. Hutapea) Yogyakarta : Yayasan Essensia Medica. Weekes, C. 1992. Mengatasi Stres (Terjemahan oleh Soemarto). Yogyakarta: Kanisius Zainuddin, S. K. 2002. Menopause. www.e-psikologi.com. Akses 1 Juni 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar